Semenjak berpenghasilan sendiri, ditambah mulai mengenal kartu kredit, yang berarti data saya semakin nambah di database Bank, kerasa banget sejak saat itu pula mulai sering banyak mendapat tawaran berbagai macam produk bank. Mulai dari deposito atau tabungan berjangka, tabungan ini itu dengan tujuan tertentu (seperti pendidikan atau pensiun), asuransi ini itu, hingga kartu kredit itu sendiri. Ujung tombak bank-bank itu tak lain dan tak bukan adalah para staff marketing *yang gigih cenderung setengah maksa* dalam menawarkan produk2-nya. :peace:

Apalagi di era seperti sekarang ini, yang notabene para pelanggan memiliki handphone-nya masing-masing, penawaran berbagai macam produk bank itu bisa dilakukan “hanya” melalui telepon atau biasa disebut telemarketing. Sudah gak kehitung deh berapa puluh kali saya dihubungi oleh para staf telemarketing dari berbagai macam bank, dan juga entah berapa puluh kali saya menolak tawaran-tawaran tsb. Hehehe… :))

Tanpa bermaksud apa-apa terhadap profesi (tele)marketing, saya coba tulis beberapa pengalaman saya bersama dengan staff marketing Bank, tentunya yang meninggalkan kesan… 😀

telemarketing

 

Eh eh, mana bonekaku mas??

Selesai bertransaksi di kasir sebuah hypermarket, saya langsung didekati mas-mas sambil membawa brosur kartu belanja sebuah bank. Di saat dia mulai nyerocos menjelaskan program ini itu, dia menyerahkan boneka kecil kepada saya. Dibilang boneka itu hadiah buat saya. Secara reflek saya terima boneka tsb dan saya masukkan langsung ke kantong belanjaan. Entah waktu itu dia bilang apa, saya bisa-bisanya nunjukin KTP saya yang mana langsung dibawa ke counternya untuk difotokopi.

Cara tersebut sangat efektif untuk menggiring calon nasabah menuju ke counter bank tsb. Singkat cerita, hasil rayuan dan penjelasan panjang lebarnya belum bisa mengubah hati saya untuk mengatakan “TIDAK”. Dia ngotot, saya harus (lebih) ngotot. Dia pun akhirnya menyerah juga. Setelah KTP saya beserta foto kopiannya diberikan kepada saya, saya pun langsung berencana langsung pulang, eh tiba-tiba mas itu bilang : “Maaf mas, bonekanya yang tadi mana ya?” :hammer: :hammer:

 

Mas tolong bantu saya…

Berjalan di sebuah pameran komputer, tentunya hal yang lazim kalau di kiri-kanan banyak berdiri para SPG dan SPB sambil menawarkan-memberikan brosur ke siapa saja yang lewat di depannya. Meskipun topik utamanya pameran komputer, ternyata gak cuma stan dari vendor vendor merk komputer aja yang ikut mejeng di sana. Ada juga beberapa bank ikut nimbrung di sana.

Waktu saya lewat depan salah satu stan bank swasta terbesar, ada mbak-mbak menghampiri saya dan menawarkan produk kartu kredit-nya. Karena di pikiran saya memang gak pengen nambah kartu kredit, jadi buat apa nambah lagi!? Saya pun menolaknya. Eh, tapi mbak yang satu ini cukup gigih rupanya sampe terus mendesak berjalan mengikuti saya cukup jauh.

Saya : “Sudah punya 2 mb, 1 visa 1 master, udah cukup lah. Buat apa banyak-banyak.”

SPG : “Kan masukin aplikasi dulu mas, belum tentu disetujui juga.”

Saya : “Lha kalau nanti di-approve gimana? Buat apaan?”

SPG : “Selama gak diaktivkan kan gak pp mas.”

Saya : “Gak lah mbak, sayang kan kalau aplikasi saya disetujui trus gak dipake apa-apa…”

SPG : “Mas…, tolong bantu saya lah. *nada & tatapan sedikit melas* Isi aja dulu, liat nanti aja di-approve apa gak-nya.”

Saya : *krik krik krik* #membatin : ini mbak SPG kok kasihan amat ya… :nohope:

 

not another telemarketer

 

Ow ow, kamu ketahuan…! 😛

Tiba-tiba handphone saya berbunyi. Begitu saya angkat, ternyata suara seorang wanita menyambut di seberang sana. Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah menawarkan program tabungan berjangka program yang ciamik abis. Kenapa ciamik? Karena tabungan ini, meski bayar tiap bulannya kecil (100 ribuan) bisa gratis asuransi jiwa, asuransi kesehatan, dsb dsb. Sebut saja program A. Di awal penjelasannya yang cukup sopan dan penyampaian yang enak didengar, gak nyerocos terus gak bisa dipotong seperti marketing-marketing kebanyakan, saya pun cukup tertarik dengan program A ini. Saya berpikir bahwa program A ini beda dengan tabungan kebanyakan.

Entah kenapa, tiba-tiba telpon terputus. Saya langsung mikir, ah ya sudahlah, mungkin belum jodoh. 🙂 Selanjutnya saya iseng googling program A tersebut. Kaget juga, ternyata saya hampir kena kibul! Asyeeem..! Ternyata program A tsb tak lain dan tak bukan adalah Asuransi, tepatnya Unit Link. Apa itu Unit Link? Singkatnya Unit Link merupakan produk keuangan yang menggabungkan antara Asuransi sekaligus Investasi (bisa reksadana atau saham misalnya).

Sekitar 5 menit kemudian, si mbak itu tadi menelepon lagi. Langsung saja saya “tembak” kalo dia sudah menipu saya secara halus, dan beneran…, dianya gak bisa banyak ngomong lagi selain terus melakukan aksi-aksi persuasif. Jawaban saya tetep sama untuk tawaran-tawaran asuransi saat ini : No, big thanks. 🙂

 

Mau nolak lagi??

Seorang telemarketing dari sebuah bank asing menelepon ke handphone saya untuk menawarkan sebuah kartu kredit. Seperti tipikal telemarketing kebanyakan, mbak-mbak di seberang sana nyerocos panjang lebar seperti tanpa pernah mengambil napas. :nohope: Di saat dia sudah berhenti, dia pun mulai dengan kalimat sakti para telemarketing (TM) : “apa bisa saya bantu mengaktifkan aplikasinya sekarang pak?”.

Saya : “Maaf mbak, ini Kartu Kredit yang kerjasama dengan maskapai A kan?”.

TM : “Iya pak…”

Saya : “Saya itu sudah pernah ditawarin mbak sebelumnya, baru 1 bulanan yang lalu kira-kira.”

TM : “Ow, sudah pernah pak? Trus hasilnya sudah ada pak?”

Saya : “Sudah, dan aplikasi saya DITOLAK…”

TM : “Owh, sudah pernah ditolak pak?” – langsung diambil alih mbak Tutut alias telepon ditutup tanpa babibu… tut.. tut… tut…. :hammer:

 

Sebenernya buanyaaak kali ya pengalaman saya berhadapan dengan para marketing bank-bank itu. Tapi mungkin (sementara) baru 4 cerita saja yang saya tulis. Takut kepanjangan juga nanti postnya. 😀 Yang jelas, buat saya sih untungnya sejauh ini masih bisa mengontrol diri. Untuk asuransi ini itu, tentunya ikutan yang memang minat aja kali ya. Untuk kartu kredit, gak terlalu minat dengan iming-iming diskon ini itu dari kartu kredit tertentu. Sejauh ini sudah cukup puas dengan pelayanan kartu kredit yang saya pakai. Itu ceritaku…, apa ceritamu? 🙂

 

pics are from mobilesyrup & idea2result2011