Jalan-jalan kali ini bukanlah jalan-jalan seperti yang biasa saya lakukan. Kalau biasanya ngompreng, ngangkot, gonta-ganti mode transport, membawa tas ransel besar ke mana-mana, berpanas-panas ria, dsb dsb, kali ini wisatanya rada elit. Naik bis ber-AC dengan kursinya yang empuk, saya dan teman-teman diantar menuju ke beberapa obyek wisata di kota Cirebon dan sekitarnya. Liburan yang singkat ini merupakan pengisi waktu kosong 1 hari dari rangkaian beberapa hari Site Visit yang diadakan kantor saya beberapa waktu lalu. Yok eksplore wisata Cirebon! 😀

Perjalanan Jakarta – Cirebon di hari Sabtu *plus berhenti-berhenti bentar* kira-kira membutuhkan waktu 5-6 jam. Sesampainya di Cirebon, kami langsung menuju ke hotel Patra Cirebon, makan malam dan langsung istirahat.

Hari Minggu paginya, perjalanan sedikit molor, dari yang awalnya dijanjikan jam 8 berangkat dari Hotel, prakteknya kami baru berangkat pukul 9. Waktu itu sudah kepikiran sendiri, kalau misal acara touring rame-rame itu batal, sudah siap mbolang sendiri lah pokoknya. Karena saya memang sudah googling bin survey-survey dikit, ada apa aja sih Cirebon itu. 😀

Kesan pertama kali melihat langsung kota Cirebon ini, kotanya berasa adem dan unik. Adem bukan berarti dingin tapi lebih ke perasaan yang tenang, teduh begitulah. Meskipun siang ya kalau panas tetep panas. 😀 Saya sebut unik karena memang cukup unik. Di setiap bangunan di pinggir jalan, kita dapat dengan mudah melihat semacam gapura bata merah menyerupai yang ada di Kraton Cirebon. Mungkin seperti di kota Lampung, yang mana kita bisa dengan mudah menemui logo Siger hampir di setiap muka rumah. (Siger : mahkota khas orang Lampung)

Kraton Kasepuhan, Cirebon

Kraton Kasepuhan Cirebon

Kraton Kasepuhan Cirebon

Destinasi pertama kami adalah ke Keraton Kasepuhan Cirebon, Keraton Terbesar yang ada di Cirebon. Dari arsitektur-nya, Keraton ini dipagari oleh bangunan bata merah yang bentuknya mirip sekali dengan candi-candi Hindu di Jawa Timur. Kalau gak salah denger sih memang pada awalnya pengaruh kerajaan Hindu masih ada, meskipun Keraton Kasepuhan ini merupakan Keraton dari Kerajaan Islam saat itu.

Yang cukup menarik adalah ternyata di dalam Keraton Kasepuhan ini, tepatnya di dalam sebuah bangunan di komplek Siti Inggil, terdapat piring-piring dan porslen-porslen dari negeri Eropa & China. Apa uniknya? Pada porslen-porslen yang dipasang pada dinding-dinding ruangan tersebut bergambar cerita-cerita yang ada di Alkitab (bible). nah lho, unik kan?? Sebuah kerajaan Islam yang sedikit banyak mengadopsi budaya kerajaan Hindu, namun di sebuah lokasi tersimpan gambar-gambar yang bercerita mengenai kisah-kisah yang ada di Alkitab. Keren bin unik kan!?? 🙂

Porselen di Kraton Kasepuhan Cirebon

Porselen di Kraton Kasepuhan Cirebon

Porslen-porslen yang ada dipasang dan dibentuk seperti ornamen-ornamen di masjid

Adam dan Hawa - Ya, mereka telanjang! :p

Adam dan Hawa – Ya, mereka telanjang! :p

ini yang sedang ditunjuk oleh si bapak guide, semoga gak masuk kategori pornografi… 😛

Yesus Memanggul Salib

Yesus Memanggul Salib

Salah satu gambar yang ada di porslen yang ada, Yesus memanggul salib-Nya.

Selain ke ruangan di komplek Siti Inggil tersebut, kami jg diajak keliling ke museum yang menyimpan benda-benda pusaka dan kereta kencana milik Keraton Kasepuhan. Oh ya, sejarah singkat Keraton Kasepuhan Cirebon bisa dibaca di wikipedia aja ya. 🙂

Obyek Wisata Cibulan – Ikan Dewa

Selepas dari Kraton Kasepuhan, kami diajak ke obyek wisata Cibulan, sebuah obyek wisata pemandian umum layaknya kolam renang tapi di dalamnya banyak terdapat ikan dewa. Kalau hasil tanya-tanya orang di sana, ikan dewa itu ya ikan mas seperti biasa, tp berwarna hitam dan berukuran besar. Jadi misal kita berenang di sana, ya bakalan menjadi satu kolam dengan ikan-ikan tersebut. Airnya sendiri tetep jernih koq, jangan dibayangin kaya kolam ikan ya. 😀

Welcome to Cibulan

Welcome to Cibulan

Kolam Pemandian - Cibulan

Kolam Pemandian – Cibulan

So…, kenapa disebut ikan dewa? Disebut begitu karena adanya beberapa mitos yang berhubungan dengan ikan tersebut. Mitos-mitos tsb antara lain ada yg menyebut kalau ikan-ikan tsb dulu adalah para prajurit-prajurit yang tidak setia. Mitos berikutnya adalah jumlah ikan tersebut yang berada di kolam akan selalu sama, tidak pernah berkurang meskipun ada yang mati. Believe it or not! Toh juga siapa yang bisa ngitungin satu-satu ikan yg selalu bergerak gitu!? 😛

Hiburan kami di sini sih bukan kolam ber-ikan raksasa tersebut, malah banyak teman-teman saya yang mencoba terapi ikan, yang kaki kita dimasukkan ke kolam untuk nantinya bakal jadi “santapan” ikan-ikan kecil di kolam tsb. Berhubung badan saya rada gak beres waktu itu, saya gak ikutan nyoba deh. Males basah-basahnya itu. :hammer: Padahal kayanya ikan-ikan di sini lebih ganas daripada terapi-terapi ikan macam di mall-mall. Buktinya adalah temen saya banyak yang teriak-teriak histeris gak jelas!! :))

cibulan terapi ikan

look on their faces! 😀

thank you to Irsha for these photos. 🙂

Gedung Perundingan Linggarjati

Berikutnya, kami mampir ke rumah yang mana menjadi saksi bisu terjadinya sejarah perjanjian Linggarjati. Lokasinya tidak terlalu jauh dari obyek wisata kolam Cibulan. Kalau dari keterangan di sana, bangunan ini termasuk bangunan cagar budaya bernama “Gedung Perundingan Linggarjati”. Di bagian tengah atau ruang utamanya terdapat meja-meja yang konon digunakan perundingan itu sendiri, lengkap dengan papan nama setiap tokoh yang terlibat yang terletak di setiap meja tersebut. Di sebuah ruangan di bagian kanan dari rumah ini, terdapat sebuah diorama saat perundingan Linggarjati berlangsung.

Gedung Perundingan Linggarjati

Gedung Perundingan Linggarjati

Diorama Perundingan Linggarjati

Diorama Perundingan Linggarjati

Di sini kami tidak seberapa lama, mengingat karena adanya keterbatasan waktu. Jam sudah menunjukkan kalau kami memang telat untuk makan siang. 😀

Rumah Makan Klapa Manis | Batik Trusmi

Setelah setengah hari mampir sana sini, kami mampir di Rumah Makan Klapa Manis untuk isi perut. Rumah makan ini terletak di pinggir jurang, dan sepertinya sebagian dari lantai rumah makan ini memang menjorok di atas jurang. Jadi kebayang kan view-nya seperti apa? Apalagi kalau bukan pemandangan alam luas – bebas, dari ketinggian yang lumayan. Tapi tenang aja, rumah makan ini gak cuma jualan view koq, karena masakannya juga enaaak. Apalagi gurami goreng asam manisnya! *dooh, jadi pengen gurami goreng :hammer: *

RM. Klapa Manis

RM. Klapa Manis

RMKlapaManis-inside

RM Klapa Manis – saatnya makaaaan!! 😀

RM Klapa Manis Cirebon

RM. Klapa Manis – view-nya

Sesudah perut terisi kenyang, kami melanjutkan perjalanan balik ke Cirebon (kota). Sebelum bener-bener balik ke hotel, kami mampir lagi ke satu tempat, ke sentra batik Cirebon yaitu ke batik trusmi ( tiap kali baca tulisan trusmi itu selalu seakan-akan baca “trust me” :hammer: ). Menurut saya, sentra batik ini, ya semacam sebuah jalan panjang dengan penjual batik di kanan-kiri jalan tersebut. Dari toko-toko kecil hingga sekelas butik yang menawarkan batik dengan harga wow ada di sini.

Saya kurang tau deh, sebenernya TRUSMI itu nama daerah, nama sebuah merek dagang, atau apa. Karena hampir di semua toko ada embel-embel Trusmi-nya, sementara ada 1 dept. store batik bernama “Trusmi”, nah lho… *bingung* – Menurut mas Faisal dari komen di bawah, yang memang aseli Cirebon, Trusmi itu merupakan nama daerah atau desa, mungkin semacam desa sentra Batik kali ya. 🙂

Khas ala Cirebon

Daripada nggak di-uplod sekalian nih. Ada dua foto dari sekian hal unik dan khas ala Cirebon. Yang pertama yaitu nasi jamblang! Sebuah nasi campur seperti nasi campur kebanyakan tapi dibungkus menggunakan daun jati. Nah, berhubung saya makan nasi jamblang pada saat di hotel, yang artinya lauk-pauk dsb bebas ambil sendiri, ini nih nasi jamblang versi saya 😀

Nasi Jamblang Cirebon versi saya! :D

Nasi Jamblang Cirebon versi saya! 😀

Nasi Jamblang Cirebon featuring Kentang Goreng ala Fast-Food Resto :peace:

Dan yang berikutnya adalah becak ala Cirebon.

Becak Cirebon

Becak Cirebon

Kalau boleh jujur, masih gagah (baca : gemuk) becak ala Jogja ya… 😀