Pada suatu hari, masuklah sebuah komentar yang cukup panjang di blog ini. Cukup kaget karena apa yang dituliskannya cukup panjang untuk ukuran sebuah komentar. Tidak sekadar panjang, isinya pun sangat menarik, yaitu tentang pandangan dan culture shock yang dialaminya selama traveling di Korea Selatan.

Adalah Yenny, yang bersedia berbagi pengalamannya di kolom komentar blog saya. Beberapa waktu lalu Yenny sempat traveling ke Korea Selatan bersama rombongan (tour). Cerita-ceritanya sangat menarik. Menurut saya sayang kalau pengalamannya hanya berakhir di kolom komentar, saya pun meminta ijin darinya untuk mengangkat tulisannya tersebut menjadi sebuah post. Dan setelah mendapat ijin darinya, akhirnya jadilah ada guest post di blog ini untuk pertama kalinya. 😀

Postingan ini merupakan post pertama dari 2 post tentang culture shock Yenny selama traveling di Korea Selatan. Dan berikut beberapa hal tentang Korea Selatan menurut seorang Yenny. Penting nih buat yang pertama kali ke Korea Selatan… Check it out ya guys! 😀

travelmate

ini bukan kampanye salam 2 jari : paling kiri tour leader lokal Korea, sebelahnya asisten fotografer, yg paling kanan itu main fotografer, trus Yenny-nya yang mana?? Udah tau lah ya yang mana… hahaha… 😆

Guest Post : Culture Shock di Korea Selatan – Mengenal Orang Korea

Halo, saya ingin berbagi cerita tentang “culture shock” di sana. Karena saat tahun lalu saya ke Korea (dengan tour) banyak anggota tour kami yang agak “kaget” dengan kebiasaan di sana.

  • Bagian imigrasi di Incheon memang mukanya rata-rata galak tapi bukan berarti mereka galak, hanya saja mereka dibebani tugas serius mengidentifikasi penumpang jadilah muka petugas sana terasa galak.
  • Untuk bahasa Inggris, memang cukup “parah” bukan dikarenakan mereka (maaf) bodoh, tetapi karena kebanyakan dari mereka menganggap bahwa jika kita menginjak suatu negara maka kita harus berbicara dengan bahasa negara itu sendiri. Bukan hanya orang awam saja, bahkan profesional pun begitu. Seperti saat saya menginap di pulau Jeju, saya sedang ke supermarket beli snack, sementara suami saya dibuat cukup ngenes waktu dia menanyakan remote AC kepad Room Manager yang menangani keluhan soal AC yg mati.
    Inilah salah satu motivasi terkuat saya dulu waktu belajar bahasa korea, karena saya punya teman Korea tapi enggak bisa berkomunikasi dengan mereka
  • Jangan pernah buang sampah sembarangan. Ini penting sekali, karena di Korea sendiri ada peraturan denda bila kita membuang sampah sembarangan ataupun bukan pada tempatnya.
  • Pastikan sampah plastik di tabung sampah plastik (ini banyak yang tidak diketahui orang Indonesia). Karena waktu itu di group kami ada yang “ditatap” sinis oleh ajumma yang sedang membersihkan toilet karena beliau buang sampah sembarangan.
  • Di Korea sendiri, cukup menjunjung tinggi senioritas. Pastikan berbicara dalam konteks formal untuk orang yang baru saja kita temui apalagi posisinya mereka lebih tua. Ada beberapa teman saya yang dikorea mencap jelek orang Indonesia, dianggap tidak sopan karena “sok SKSD”, baru ketemu sudah ngomong informal.
  • Dan pastikan bercanda pada waktu yg tepat, karena orang Korea sendiri bukan tipe yang supel seperti Indonesia. Kita harus saling “nyaman” satu sama lain barulah kita boleh mengajak mereka bercanda. Tapi bukan berarti orang sana judes ya, hanya saja ga ada salahnya tunjukan “manner” saat berkomunikasi dengan mereka. Mereka tidak akan menolak asal kitanya sopan untuk pertama kali.
  • Saat breakfast di hotel hari pertama saya menyapa manager restaurant dalam konteks formal sambil membungkukkan badan. Breakfast keesokan harinya saya meminta garam kepada manager restaurant itu dan manager restaurant memberikan saya gula. Saya bingung itu bukan garam dan saya bilang “Maaf ini bukan garam tapi gula”. Dan manager itu menjawab “Iya saya tahu karena ini memang bukan garam.” Sambil senyum-senyum, manager tsb memberi saya garam (sayanya bingung karena habis dikerjain si manager) dan sekali lagi ini bukan karena mereka genit atau iseng tapi ini cara mereka menyapa atau beramah tamah dengan turis yg stay di hotel pada saat itu. Intinya jaga sikap untuk orang yang baru kita kenal.
with-korean-driver

Ajussi supir kami, termasuk yang paling gemuk di Korea *shocking* dan orang korea suka sekali disapa. Jangan lupa sering sapa orang yang kita temui ya.

  • Ini lucu, saat ke Korea saya terbiasa menyapa orang sana dengan membungkukkan badan (ga sampai 90 derajat sih), padahal liburan hanya 8 hari disana, begitu pulang ke Indonesia, saya menyapa petugas bandara di Indonesia dengan membungkukkan badan dan merekanya “galau” hehehehe dipikir “ngapain nih cw pake bungkuk segala”
  • Untuk orang Indonesia yang mengerti beberapa kalimat Korea dan ingin mencoba conversation dengan mereka, gak perlu takut dan gak perlu pusingin grammar, kita salah-salah sedikit mereka ngerti kok. Seperti contohnya “dimana wc terdekat” (“???? ????”) kita bilang saja “wc” (“???”) mereka sudah mengerti.
  • Ini sebenarnya pengalaman lucu, saat saya berbelanja di Dongdaemun, saya dan suami naik ke lt. 3 kalau gak salah bagian pakaian pria, kebetulan penjual di sana rata-rata anak muda. Saat kita baru masuk lt. 3, sudah banyak yang menghampiri suami saya dan bertanya “hello, where do you come from?” Suami saya jawab “Indonesia” dan mereka langsung berbicara dengan nada sangat ceria “Oh Indonesia! I love Indonesia!”
    Lucunya begitu ada turis lain datang, dia bertanya hal yg sama (misalnya China) “Oh! China! I love China!” dan suami saya cukup ngakak dengernya.
  • Dan jika kita berbelanja di Dongdaemun, rajin-rajin lah bersikap manis “aegyo” dan puji si penjual maka mereka akan memberimu diskon besarrrrr. Saya pernah belanja tas untuk mama saya, ajussi (paman) kasih saya harga 70.000 KRW, Saya puji terus sambil minta harga diturunin dan saya mendapat tas dengan harga 25.000 KRW. Hehehe… 
delivery-service

Shock! Di Korea motor sport digunakan sebagai pengantar barang, gak sayang ya ditambahi besi-besi begituan.

budayakan-antri

Jangan coba-coba nyerobot antrian kalau gak mau dilempar sepatu 😀

trekking-mount-sorak

Awalnya suami enggak mau naik, tapi karena termotivasi dengan kakek-kakek tua ini, akhirnya naik juga karena gak mau kalah sama kakek-kakek dong.. – Mount Sorak

OK, segini dulu ya untuk part 1-nya.. tungguin ntar bakal ada sambungannya. 😀 Kalau menurut saya sendiri gimana? Saya sudah pernah menuliskan juga di sini, sedikit tentang Korea dan orang-orangnya. 😀