Terimakasih kepada Facebook! Gara-gara saya upload foto Parangtritis, mas ini jadi tau kalau posisi saya akhir Januari 2014 lalu sedang berada di Yogyakarta. 😀 Trus apa hubungannya? Mas itu memberi tau kalau dia sedang ada rencana main-main ke Goa Jomblang, Semanu, Wonosari, Gunung Kidul, DIY *lengkap banget yak alamatnya*. Karena hari Minggu itu saya belum ada plan yang fix (kecuali balik Jakarta pada malam harinya), ya udah saya pun memutuskan join trip-nya, kebetulan plan saya main ke Goa Jomblang sejak 1-2 tahun lalu belum terpenuhi. 😀

pancaran-sinar-di-goa-jomblang

Goa Jomblang, Wonosari, DIY

Wisata Adrenalin

Wisata ke Goa Jomblang ini bisa dibilang wisata yang cukup memacu adrenalin, apalagi kondisi hari Minggu saat itu mendung dan cenderung hujan sepanjang hari. Adrenalin sudah mulai dipompa tepat saat kita dijemput oleh pihak Goa Jomblang. Total kami bertiga (saya, mas ini dan makcik ini). Kami awalnya dijanjikan mau dijemput menggunakan mobil pick-up, ternyata yang datang jemputan menggunakan motor. Dan kebetulan dari ketiga motor jemputan itu, tipe nya beda-beda. Ada yang motor laki, ada yang motor bebek, dan ada yang motor trail (nah, saya kebagian yang motor trail 😀 )

Kondisi cuaca sedikit gerimis, kami langsung dibonceng menuju lokasi Goa Jomblang, kondisi jalanan didominasi tanah becek berbatu-batu sebatu-batunya *saking mulusnya jalanan*, plus kadang ada genangan air di sana sini. Tiap kali melewati jalan dengan batu lumayan besar, entah sudah berapa kali pantat berasa geser dari jok motor. :hammer: Belum lagi kalau lewat jalan becek berlumpur, di mana ban motor kayanya sudah agak selip kanan selip kiri, dan gas motor tetep aja digeber. Kalau kondisi kaya gini cuma bisa berdoa jangan jatuh jangan kepeleset… Mungkin sakitnya ga seberapa, tapi malu plus beceknya itu lhooo… :)) apalagi lebih mikirin kamera, hape, dompet, jaket, dsb dsb :))

Sekitar 20 menitan kami lalui jalanan itu dan akhirnya sampai di lokasi wisata Goa Jomblang sekitar pukul 10 kurang dikit. Disuguh teh tong tji lengkap dengan gula batu sebagai pemanisnya, kami beristirahat dan menunggu trip dimulai sekitar pukul 11. Sejak awal sudah dibilang sama mas-mas pemandu, kalau cuaca mendung begini, kemungkinan besar tidak bisa melihat atraksi utama Goa Jomblang, yaitu pancaran sinar dari langit di dalam goa, semacam Ray of Light gitu lah. Tidak masalah bagi kami, enjoy the ride lah! 😉

teh-tong-tji-goa-jomblang

Suguhan teh tong tji di goa Jomblang

Singkatnya, kami pun mulai persiapan mulai dari pilih sepatu boot, pasang helm, antri menunggu giliran untuk turun ke tebing *mulut goa*, dan akhirnya tali pengaman pun dipasang hingga akhirnya kami siap untuk diterjunkan ke bawah. Dengan menggantungkan nyawa di seutas tali tambang, kami mulai diturunkan perlahan ke bawah. Lumayan juga nih pemandangan ke bawah, bergantungan di atas ketinggian 60 meteran, berasa main ayunan versi extrim! haha…

Sampai di bawah, dan menunggu 1 rombongan selesai turun semua, mulai lah kami masuk ke dalam goa yang gelap gulita. Ketika penerangan dinyalakan, hanya penerangan seadanya saja tapi cukup membantu untuk melihat track jalan. Kondisi di dalam goa itu bener-bener becekk cekk dengan lumpur di sana sini, makanya mau ga mau hanya berjalan di atas beton-beton yang sudah disusun sebagai jalan / track satu-satunya. Sepatu boat pun lama kelamaan berasa berat karena lapisan lumpur yang nempel di bawah semakin tebel. Becek iya, licin apa lagi… jadi perlu extra hati-hati supaya ga jatuh terpeselet *lagi-lagi mikir kamera :)) *

siap-siap-menuruni-tebing

Siap-siap turun tebing 😀

mulut-goa-jomblang

Mulut Goa Jomblang

beceknya-goa-jomblang

Becek sebecek-beceknya tanah di dalam goa Jomblang

Butuh waktu sekitar 15 menitan untuk menyusur goa menuju ke lokasi utama Ray of Light Goa Jomblang (disebutnya Goa Grubug). Cuaca yang sudah sedikit cerah waktu itu ternyata masih kurang kuat sinar mataharinya untuk bisa membentuk pancaran sinar dari atas, jadinya ya cuma liat ada sumber cahaya di atas sana. Tidak terlalu kecewa, toh mendapat pengalaman lainnya juga. 🙂 tepat di bawah gugusan cahaya itu juga menetes air terus menerus dari atas yang mana membentuk stalagmit besar. Kalau mau foto di atas stalagmit ini, mau ga mau harus mulai basah-basahan. 😀

Selesai foto-foto, kami langsung balik lagi ke atas, tentunya melalui jalan setapak seperti saat masuk ke dalam goa. Sempet berpikir, kita naiknya gimana ya? Eh ternyata sesampainya di atas, kami baru tau kalau untuk naik ke atas, tali kami ini ditarik oleh sekitar 10-15 orang, hahaha.. Good job bapak-bapak, makasih! 😀 lanjut bersih-bersih, dan dikasi makanan kotakan. Total waktu yang dibutuhkan mulai dari persiapan, turun tebing hingga naik lagi sekitar 2-2,5 jam.

stalagmit-goa-jomblang

Stalagmit pada Goa Jomblang (Goa Grubug)

terjun-tebing

Turun Tebing Menggunakan Tali – Goa Jomblang

ditarik-secara-manual

Ditarik manual ke atas oleh bapak-bapak itu tuh… 😀

Transportasi

  • Yogyakarta (terminal Giwangan) – Goa Jomblang (sampai pinggir jalan raya Wonosari – Semanu) menggunakan bus Purwo Widodo (ngetem lumayan lama di terminal Giwangan), tarif 10,000 IDR dengan lama perjalanan lebih kurang 2 jam
  • Untuk baliknya, bus Puwo Widodo ini lamaaaa banget lewatnya. Kalaupun lewat, adanya sudah penuh penumpang. Waktu itu akhirnya dapet semacam taxi gelap bertarif 5000 IDR, mobil pribadi yang ditrayekkan, dari Semanu hingga Traffic Light tempat bus-bus Wonosari ke Jogja ngetem (entah apa namanya perempatan itu, tapi masyarakat sekitar sepertinya sudah paham banget :)) )
  • Bus Wonosari – Yogyakarta (terminal Giwangan), tarif 10,000 IDR
  • Sulitnya tranportasi umum ini harusnya jadi PR Pemda Gunung Kidul & DIY nih…  adrenalin saya tambah dipompa gara-gara jam 3an sore masih blm dapet bus balik ke Jogja, sementara penerbangan saya untuk balik ke Jakarta di jam 8 malem. H-beberapa jam masih di tengah gunung gitu… hadehhh :hammer: hahaha…

Tips & Trick

  • Ongkos untuk wisata Goa Jomblang ini tergolong cukup mahal, yaitu 450,000 IDR / orang (termasuk jemput dari pinggir jalan Wonosari – Semanu, welcome drink, makan siang, dan alat-alat perlengkapan)
  • Karena tarif yang ga murah meriah kaya Goa Pindul, turis yang kesini jg terbatas banget. Waktu itu, total rombongan hanya ada 10 orang, termasuk kami ber 3, di mana 7 dari 10 pengunjung itu adalah WNA, bahkan yang satu-satunya wong Jogja cuma saya, hahaha.. :))
  • Jangan lupa bawa pakaian ganti plus alat mandi
  • Kalau perlu bawa juga kaos kaki, menggunakan sepatu boot cukup lama (apalagi kondisi jalanan becek), sangat berpotensi bikin kulit di kaki jadi lecet *curhat*
  • Best time to visit adalah musim panas (saat matahari cerah secerah cerahnya), pancaran sinar matahari pada dasar Goa akan terlihat sempurna pada pukul 10.00 s/d 12 WIB, jadi usahakan pagi-pagi sudah sampai lokasi
the-explorer

the explorer! ;D : alid abdul – zarah – chocky

* terimakasih untuk pengalaman, perjalanan dan ijin nyomot 1 fotonya ya makcik 🙂 *