Seperti “janji” saya di post sebelumnya (Part 7), kali ini post Part 8 akan khusus membahas angkot angkot di Padang – Bukittinggi yang memiliki segudang fasilitas yang saya temui di perjalanan Bukittinggi ke Solok dan kembali ke kota Padang. Mungkin biasa bagi penduduk sana, tapi bagi saya fasilitas yang diberikan itu tampak istimewa, pake banget. 😀
“Keajaiban” Angkot Bukittinggi – Solok – Padang
Memang ada apa sih di dalam angkot di Padang – Bukittinggi, kenapa saya bilang fasilitasnya ajaib? Selama 5 hari trip, total 2x saya naik angkot antar kota di Sumatera Barat ini (model Elf / Mini-bus). Yang pertama, dari Bukittinggi ke Danau Singkarak (Solok) dan Solok ke Padang. Nah, angkot yang dari Bukittinggi ke Solok ini lah yang lebay banget fasilitasnya. 😀 Selain kondisi angkotnya sendiri yang masih OK, baik interior maupun ekterior nya, di dalamnya itu terdapat banyak sekali “perlengkapan” yang belum pernah saya temui di angkot-angkot yang pernah saya naiki. Begitu masuk ke angkot itu, kami pun “sibuk” mengabadikan fasilitas-fasilitas tsb. :))
Yang pertama, di jendelanya ada gordin untuk masing-masing seat yang berada di pinggir. Berikutnya di bagian atapnya, selain ada boneka-boneka menggantung, ada juga tanda dilarang merokok, penyemprot parfum otomatis, APAR (alat pemadam api ringan), LCD tivi plus DVD player-nya plus juga speaker yang suaranya cukup mantap karena didukung oleh amplifier equinox! 😀 selain itu, nyaris di atas setiap kepala penumpangnya, terdapat tissue kotak. Hebat gak sih!?? 😀 eits, saya ga perlu menyebutkan si angkot ber-AC atau tidak kan ya… sudah pasti ber-AC! 😀
Selain sound system yang cukup mantap, satu ciri khas dari angkot di daerah ini adalah banyaknya boneka kecil-kecil yang menghiasi interior mobil, baik itu di atas, di dashboard depan, di atas speaker, bahkan di samping setir! :)) Bingung aja kenapa bisa gitu ya… hahaha
Kearifan Masyarakat Lokal 🙂
Jangan tanya apa itu arti “kearifan” kepada saya, pasti saya tidak akan pernah bisa menjawab dengan baik dan benar. Nah kenapa saya menulis mengenai Kearifan Masyarakat lokal? Karena pada saat saya naik angkot untuk perjalanan dari Danau Singkarak menuju Solok, di situ lah saya merasakan “kearifan” masyarakat lokal di sana, persis seperti gambaran di pelajaran PMP (atau PPKN) jaman SD. 😀 Sepertinya kehidupan masyarakatnya itu bersahaja, “santai”, tidak terlihat seperti orang-orang ambisius #ehh… mungkin istilah keren jaman sekarang itu woles ;P
Dari titik naik angkot yang cukup jauh, berkilo-kilo meter, beberapa penumpangnya masih saling kenal. Ada seorang ibu-ibu naik membawa beberapa tumpuk kardus isi roti (semacam kue bolu tradisional) untuk dijual di pasar di Kota Solok. Ada juga di tengah perjalanan abang-abang naik angkot dengan membawa bungkusan yang dibawanya dari kain yang diikat-disimpul di bagian atas sebagai media membawanya. Yang ini pemandangan langka bangettt di Jakarta! 😀
Waktu di dalam angkot kami sempat diajak ngobrol seorang ibu-ibu di sana, di mana dalam satu waktu obrolan sempet keluar tawaran untuk nginep di rumahnya, di tepi danau Singkarak itu. Buka pintu langsung danau katanya. Yah… telat kenalnya nih bu! :))
Kalau diperhatikan HP nya juga, ga ada yang menggunakan layar sentuh sepertinya. Nyaris semua yang saya lihat menggunakan model candybar atau malah model ala full keypad qwerty. Kayanya penetrasi android belum kuat di sini, apalagi iOS, hahaha.. Kehidupan masih berasa “sederhana”.
Yah.. itu lah pengalaman “lain” yang saya dapet dari trip di Sumatera Barat ini. Pada waktu melihat dan menikmati suasana woles tsb sepertinya tensi kehidupan langsung drop dan berada di salah satu titik terendah. Hahaha… *lebay detected* Happy Traveling!! 🙂
Di padang ada penyewaan motor ga bang?
Saya rencananya mau explore sumbar awal bln depan. Cuma berdua.
Atau transportasi umumnya mudah untuk di cari?
Kira2 budget berapa ya klau ikutin objek wisatanya bang chocky?
halo Raz!
maaf nih, untuk motor saya kurang tau. dari kemarin nanya ‘informan’ saya di sana, blm dapet respon, hehehe..
Kalau transportasi umum, pindah pindah antar obyek wisata sekitaran Sumbar agak susah sih ya. Ada sih, tapi kurang flexible gitu. Contoh misal mau ke Puncak Lawang dari Danau Maninjau, itu sistemnya carter begitu, tidak ada transportasi umum. Atau misal mau ke Lembah Harau, itu jg kayanya gak ada transportasi umumnya.
untuk budget, saya lupa nih detailnya, tapi prediksi saya, waktu itu untuk 4 harian, paling per orang habis sekitar 1,5 jutaan (di luar tiket pesawat). untuk penginapan rata2 200rb/malam, sewa mobil + bensin 1 hari sekitar 200rb, sisanya buat transport lain dan makan. paling gitu ya.. 😀
makasih sudah mampir di sini! 😀
Aaaakkk, belum pernah ke Sumbar, tapi itu angkotnya mejik bingit! Di Bandung boro-boro kayak gitu, dapet yg bersih aja udah bagus banget. Apakah semua angkot kayak gitu atau cuma di angkot yang bersangkutan aja?
Matius Teguh Nugroho recently posted.. Harmonisnya St. George’s Church dan Masjid Kapitan Keling
kalau angkot2 yang rute jauh kayanya rata2 bagus sih. dari pengalaman ngangkot begitu di Sumbar, angkot yang dari Singkarak ke Solok aja yang jelek, lainnya bagus. tp meskipun jelek jelek begitu, tetep aja aksesoris bonekanya itu banyak. hahaha… btw, makasih ya sudah mampir di sini mas bro. salam kenal! 😉