Pangalengan bukanlah tempat yang baru buat saya. Mungkin sudah beberapa kali saya ada kesempatan main-main entah yang cuma mampir sebentar atau pernah bermain rafting di Situ Cileunca-nya beberapa tahun lalu. Selain itu.., gini-gini saya juga pernah tinggal di Pangalengan nyaris selama 1 bulan lho karena ikutan salah satu kegiatan di kantor, seperti yang pernah saya ceritakan di sini.
Beberapa pengalaman di atas lah yang membuat saya memiliki kesan dan pengalaman tersendiri tentang Pangalengan. Yang ada di pikiran saya, Pangalengan itu…. Hijau! Adem! Sudah, cukup dua hal itu saja membuat saya teringat dengan Pangalengan. 😀
Hijau…, karena memang di sekitar Pangalengan ini terdapat perkebunan teh yang sangat luas dan pemandangannya menyejukkan mata, jiwa dan pikiran *lebay*. Adem…, ya karena memang suhu di Pangalengan ini dingin. Cukup sejuk di siang hari dan bisa sangat dingin di malam hari. Silakan mencoba mandi dengan air sumur ala Pangalengan di jam 3 pagi! I did it!! Maknyoss lhoo.., coba deh! hahaha.. 😆
Saya dan seorang teman yang lagi sama-sama rada setres, menjatuhkan pilihan ke Pangalengan untuk mengisi satu weekend getaways kami. Dengan persiapan yang sedikit, bisa dibilang trip kali ini full ngeteng dan go-show. Berangkat Sabtu pagi jam 8an, yang ternyata si bus lama banget ngetem di terminal Kampung Rambutan, plus jalanan agak-agak macet, membuat kami sampai di Pangalengan baru sore hari menjelang malam sekitar pukul 5 sore.
Sampai di terminal Pangalengan, kami berusaha cari tempat untuk sekadar minum karena berasa haus banget, maklum… bus Bandung-Pangalengan Non AC cuyy… 😀 pas masuk ke salah satu warung tenda pecel lele gitu, tanya sama ibu penjualnya yang lagi sibuk goreng-goreng ikan…
Saya : “Bu, bisa minta es teh satu?“, sambil siap-siap mau duduk
Ibu : “Gak ada mas. Adanya teh manis biasa aja.”
Saya : “Oh, es batunya habis ya?“, nanya lagi sambil berusaha sok akrab
Ibu : “Bukan gitu, memang gak pernah jual es teh. Di sini mah gak ada yang minum es“, sambil senyum-senyum sedikit ngejek gitu, hahahaha…. 😆 😆
Karena udah beneran haus, kami langsung pamit gak jadi beli es teh manis nya dan langsung ngacir ke Indomaret terdekat demi minuman dingin! 😆
Rencana awal sih cari tempat buat minum, selain untuk istirahat juga untuk mikir-mikir dulu mau tidur di mana malam itu. Dengan pertimbangan waktu sudah malam dan sepertinya tidak memiliki waktu banyak di Pangalengan, kami memutuskan untuk menginap di Wisma Malabar yang berada di tengah-tengah kebun teh Malabar. Harapannya sih agar besok paginya, gak perlu jauh-jauh jalan dari penginapan sudah bisa main-main di kebun teh. *targetnya simple banget yak*
Rumah Boscha dan Wisma Malabar
Wisma Malabar, lokasinya di atas bukit dan dikeliling oleh perkebunan teh Malabar milik PT. Perkebunan Nusantara VIII – Malabar. Dengan harga yang cukup di atas rata-rata dibanding penginapan lain di Pangalengan, Wisma Malabar ini memang menawarkan lokasi dan pemandangan yang keceh. Tinggal buka gorden saja bisa langsung melihat hamparan kebun teh dengan warna hijaunya yang selalu berhasil menyejukkan mata saya. 🙂

Ribuan bintang di atas Rumah Boscha, Pangalengan | kalau bintangnya gak keliatan banyak, brightness layar anda berarti terlalu gelap :p
Harga per kamar untuk tipe twin bed room : 450 ribu IDR / malam, termasuk sarapan nasi goreng untuk 2 orang. tidak ada fasilitas berlebihan di dalam kamarnya, ada tv kecil, bathtub/shower dengan air panas, handuk, toiletries. Oh iya, kamarnya gak pake AC ya…, adanya malah pemanas ruangan! *ya iyalah*
Wisma Malabar ini terletak persis di belakang Rumah Boscha, salah satu obyek wisata di Pangalengan. Apa sih Rumah Boscha ini? Rumah Boscha merupakan rumah tua peninggalan K.A.R. Bosscha, seorang Belanda yang mendirikan pertama kali kebun teh di wilayah Malabar. Untuk biography om Bosscha bisa cek ke sini ya.
Arsitektur rumah sudah tentu khas rumah tua peninggalan Belanda, ditambah beberapa perabotan kuno yang nyaris menghiasi seluruh ruangan di sana. Saya sih sempet mencoba memainkan piano di sana. Suaranya masih nyaring lhoo.. meskipun tidak semua tuts masih bisa menghasilkan nada. 😀 Oh ya, sarapan pagi fasilitas dari Wisma Malabar boleh dinikmati di ruang makan di Rumah Boscha ini lho, jadi berasa makan ala-ala bangsawan Belanda gitu * padahal cuma makan nasi goreng telor kerupuk, hahahaha…. *
Untuk kontak Wisma Malabar bisa coba di FO alias Front Office nya di : +62 853 2037 1164
Kebun Teh Malabar
Rencana berburu sunrise alias matahari terbit di Minggu pagi gagal total setelah kami jauh lebih sayang kasur daripada harus keluar kamar menembus suhu yang lumayan dingin. Hahaha.. Ya meskipun gak siang-siang amat kami bangun dan keluar kamar, tapi kalau jam 6 pagi itu untuk berburu sunrise ya sudah telat banget lah jrengg… Gak papa lah ya, namanya juga liburan, harus dinikmati. 😀
Keluar kamar mulai ‘blusukan’ di antara kebun teh di Malabar. Embun pagi jelas masih menempel kuat di dedaunan di sepanjang jalan yang kami lalui. Beberapa jalan setapak pun beberapa agak becek. Awalnya saya berpikir menggunakan celana pendek dan sandal gunung merupakan pilihan salah, tapi.. ngelihat medannya begitu, sepertinya cukup OK lah kostum saya, jadi kalau agak basah-basah becek gitu ya gak masalah.
Yang kami lakukan di sini tidak banyak selain hanya jalan ke sana kemari mengikuti jalan setapak, mengambil beberapa foto tak lupa sambil bernapas menikmati segarnya udara pagi khas pegunungan. Segerrrr! 😀 😀
Transportasi Jakarta – Bandung – Pangalengan
Saya menuju ke Pangalengan dari Jakarta (Terminal Kampung Rambutan) full menggunakan angkutan umum alias ngeteng. Sempat transit di Terminal Leuwipanjang Bandung. Berikut detailnya :
Jakarta – Pangalengan
- Terminal Kampung Rambutan – Jakarta, menggunakan bus Taruna Jaya (AC) seharga 60 Ribu IDR tujuan ke Terminal Leuwipanjang Bandung. Di terminal Kampung Rambutan ini ada beberapa pilihan bus ke Leuwinpanjang Bandung.
note 1 : pastikan naik bis di pintu keluar terminal, jangan naik bis dari dalam, kelamaan ngetemnya! saya sudah naik bis kurang lebih jam 8.30 pagi, masih harus nunggu si bus ngetem nyaris 1 jam, dan baru keluar dari Kampung Rambutan jam 10an pagi T_T #sedihhh
note 2 : bus Primajasa trayek Jakarta – Bandung sudah gak ada di terminal Kampung Rambutan ini ya.. entah mulai kapan. kalau mau naik Primajasa ke Bandung, bisa dari Cililitan – info dari bapak2 di terminal - Ketika bus keluar tol Kopo masuk ke kota Bandung, kondisi jalanan macett.. dan sampai di terminal Leuwipanjang baru sekitar pukul 2 siang
- Bandung ke Pangalengan menggunakan bus dari terminal Leuwipanjang, seharga 20 ribu IDR (Non-AC).
- Sekitar di daerah Banjaran – Jawa Barat ini macettt disamping bus nya jalannya pelan dan sering berhenti, yang menyebabkan sampai di Pangalengan sekitar jam 5an sore
- Untuk menuju Wisma Malabar dari Teminal Pangalengan bisa menggunakan angkot, tapi… karena weekend dan kami sampai di Pangalengan sudah sore menjelang malam, angkot-nya sudah berhenti beroperasi. Jadinya kami menggunakan jasa ojek seharga 30 ribu / orang / ojek, untuk jarak tempuh yang lumayan jauh, sekitar 20 menitan. Kalau kata orang2 yang kami temui, harga ojek 30 ribu itu MAHAL BANGET! hahahaha… harusnya standar di sana sekitar 15 atau 20 ribu saja. 😀
** awalnya saya sudah berhasil menawar jadi 25 ribu, cuma ternyata jarak dari terminal ke wisma Malabar itu lumayan jauh, jauh dari peradaban, sebagian jalan rusak, gelap pula, jadi kepikiran untuk membayar 30 ribu sesuai bukaan harga awal dari bapak-bapak tukang ojek 😆 **
Pangalengan – Jakarta
- Dari Wisma Malabar ke Terminal Pangalengan bisa menggunakan angkot, tapi… karena waktu itu hari Minggu, intensitas angkot jauh berkurang.
- Waktu itu kami sempat menumpang mobil pick-up yang biasa dipakai buat angkut sayur ke kota. 😀 Persis banget ketika keluar halaman wisma untuk nungguin angkot, eh ada bapak-bapak dengan istri dan anaknya yang masih kecil menghentikan mobilnya, dan menawari kami untuk ikut ‘turun’ sampai di jalan raya yang sudah ada angkot untuk akhirnya sambung ke terminal Pangalengan. 😀 Ini semacam hitchhiking tak sengaja, hahahaha…
- Dari ‘kota’ Pangalengan, untuk kembali ke Bandung kali ini kami menggunakan angkot Elf begitu, tidak lagi menggunakan bus. Tarifnya 20 ribu IDR / orang.
Karena angkot ini bakal jalan ketika penumpang sudah full, jadi jarang berhenti, so waktu tempuh ke Bandung jadi jauh lebih cepat dibanding ketika perjalanan Bandung ke Pangalengan - Dari terminal Leuwipanjang ke Jakarta kami menggunakan bus Primajasa dgn tarif 75 ribu IDR / orang

Atas : Bus Jakarta – Bandung di Terminal Kampung Rambutan | Bawah : Itu Angkot Elf Pangalengan ke Bandung
Sebuah pemandangan yang tak biasa yang saya alami adalah ketika menggunakan angkot Elf dari Pangalengan menuju Bandung. Yang pertama dari jumlah penumpang yang berhasil diangkut. Satu buah Elf begitu bisa mengangkut hingga kurang lebih 30 orang! #warbiyasaaa
Kedua, di tengah perjalanan, Elf sempat berhenti karena ada penumpang mau naik. Mau tau darimana penumpang naiknya? Dari pintu supir!! Jadi si supir bakal turun dulu, trus penumpang tsb naik lewat pintu supir, baru deh supir masuk lagi ke Elf! #epic 😆 😆
Ketiga, seperti hal pertama, gimana gak ngangkut sampe 30 orang, kalau ketika penumpang mulai padat, dan ruang untuk bergelantungan di pintu samping sudah tidak ada, si kernet bakal keluar trus nangkring di sisi belakang Elf. Ala-ala spirderman gitu! #epiclagi 😆 😆
hy everyone, kebetulan saya tinggal di pangalengan kalau ada yang mau liburan ke pangalengan dan butuh penginapan mungkin saya bisa bantu, kebetulan saya kerja disebuah pertanian di pangalengan dan tinggal disebuah villa ditengah hamparan kebun teh lokasinya tidak jauh dari Rumah Boscha. pasilitasnya juga oke ada 3 kamar tidur ukuran queen, 2 kamar mandi dengan water heaters, dapur, & halaman yang luas. view langsung menghadap kebunteh dan pegunungan dan bisa melihat sunrise langsung dari depan halaman. cocok untuk acara keluarga, gathering or just holiday harga permalamnya 700K dengan semua fasilitas yg sudah saya sebutkan. kalau ke pangalengan boleh mampir dulu ya ! sorry ya jadi promo di komentar, ngomong-ngomong saya suka blognya Mas Chocky 🙂
halo mas Darius! ada kontaknya gak nih? apa via email aja? kalau ada yg booking bilang tau dari blog saya, kasi best price yaa.. hehehe… 😀
Terima kasih sudah mampir di sini! 🙂
Hallo Mas Chocky!
Aku ada rencana mau ke Pangalengan dari Bandung pake angkutan umum juga nih Mas, asalnya mau naik L300 karena dapet infonya bisa naik itu kalo dari Leuwi Panjang. Cuma liat footnote-nya agak ngeri2 sedap juga ya Mas. Hehe.
Dari Bandung ke Pangalengannya khan Mas naik bus non-AC tuh Mas, kalo boleh tau naiknya dari Leuwi Panjang sebelah mananya ya Mas? Ada nama busnya?
Thanks ya Mas, blognya bantuin banget ngasih pencerahan. Sukses terus! 😀
Marya recently posted.. Photo
Hallo mb Marya!
untuk yang L300, asal dapet tempat duduk yg proper mah gpp koq. waktu itu saya tergolong penumpang terakhir yang naik ke mobil, jadinya cuma duduk nyempil2 gitu. lumayan sih, kaki kadang kesemutan, hahahah… kalo bus dari Leuwing Panjang itu, saya lupa nama bus-nya, karena ya cuma satu2nya yang ada saat itu, jadi ya asal naik aja, hahaha… lokasi busnya di bagian pinggir / sisi kanan di terminal keberangkatan bus2 itu.
mungkin itu ya mb, semoga memberi gambaran. terimakasih juga sudah mampir di sini! Happy traveling! 😀
Cukup membantu kok, Mas… Thank you! 🙂
Marya recently posted.. catatan kecil (kalo nanti punya anak)
hehehe.. makasih sama2! 😉
Saya belum pernah ke pengalengan, paling nyampe Bandung doang. Penginapannya Belanda banget yaaa, bookmark ah, pengen ngajak anak2 kesana.
boleh banget mb maen2 ke Pangalengan, main2 di kebun teh, seger bangett… hehehe…
makasih sudah mampir di sini! 😀
suasananya adem ayem yah, kalo malem bisa milky way an hahaha
benarr.. enak lah buat nyante bentar gitu, hehehe…
makasih sudah mampir di sini! 🙂
Pangalengan emang selalu bikin adem, saya kalo memang lagi penat selalu pergi kesini walau cuma sekedar sightseeing aja 😀
Irham Faridh recently posted.. Jalan-jalan Cantik ke Phuket! (Cerita, Info, Tips & Trik)
iyak, bener bangett! ini aja masih kepikiran mau main2 ke Pangalengan lagi, hehehe… 😀
Lho baru tahu wismanya bisa buat nginep. Menarik nih, nanti bisa buat weekend vacation bareng keluarga.
Efenerr recently posted.. [Video] Berbicara Toleransi di TedX STAN
boleh dicoba kapan2, kalau buat bareng keluarga bisa coba yang model kamar ala-ala cottage sendiri gitu. view nya langsung bukit kebun teh! *malah promosi* hahaha.. makasih mas bro uda mampir sini! 😀
oooh rumah boscha-nya di pengalengan ya, sedangkan observatoriumnya kan di lembang 😀
btw wisma-nya spooky gak sihh? aku agak2 parno gituuu sama wisma2 jadul hihihi
Dita recently posted.. Menghirup Dunia
Iya, Pangalengan ke Lembang itu jauh yahh.. Hahahaa… *yakale*
Ttg wisma nya, bangunannya gak bangunan kuno, tp emg rada jadul bin classic gitu. Masalah spooky apa gak, itu tergantung mindset! #tsahh
waktu nginep itu sempet denger suara kucing dong, dipikir tau2 ada kucing di dalem kamar, ternyata dr luar wisma. Sempet bikin kaget aja, apalagi suaranya kan kaya bayi nangis, hahahaha
Huaaaa… pengen banget mengunjungi Boscha dan kebun tehnyaa…
jadi inget film kesukaan masa kecil: Petualangan Sherina 😉
hehehe… emang posisi di mana? silakan mampir lho.. 😀
makasih yak sudah mampir di sini! 🙂